PATI, Kompasnewsjateng.com – Seruan kepada anak-anak muda agar mau bekerja sebagai petani terus digaungkan. Pasalnya, petani sebagai penyangga tatanan pangan negara saat ini didominasi oleh orang tua dan hanya sedikit kaum muda yang menggelutinya.
Rendahnya minat anak muda atau generasi milenial terhadap sektor pertanian ini mendapat tanggapan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Yeti Kristianti. Selaku anggota komisi B yang menaungi bidang pertanian, dirinya menyebut wajar jika anak muda enggan jadi petani.
Penyebabnya tak lain adalah rendahnya harga gabah hasil panen pada sektor pertanian. Kondisi ini tidak sebanding dengan tingginya biaya produksi, mulai dari pupuk hingga peralatan yang dibutuhkan dalam bertani.
Terlebih resiko jika terjadi bencana alam seperti banjir yang terjadi saat ini, yang dinilai oleh Yeti semakin membuat anak muda takut untuk bertani.
Dirinya berharap ada terobosan baru dari pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) terutama dalam pangadaan alat-alat pertanian.
Selaku anggota dewan, dirinya memaklumi jika minat generasi muda untuk menjadi petani sangatlah rendah. Lanjut politikus dari fraksi Gerindra ini, milenial lebih tertarik untuk kerja kantoran yang dinilai lebih menguntungkan tanpa resiko.
“Karena rendahnya nilai tukar petani itulah yang menjadikan generasi muda tidak minat terjun ke sektor pertanian. Meraka cenderung beralih ke sektor lain yang lebih menjanjjikan,” bebernya.
Pada akhirnya, hal ini akan berdampak pada berkurangnya jumlah petani yang ada di Kabupaten Pati. Sehingga, saat musim tanam tiba seperti saat ini. Para penggarap sawah kesulitan mencari tenaga kerja di sawah. (is/adv)